Fase–Fase Proses Belajar, Sudah di Posisi Manakah Anda?

Fase–Fase Proses Belajar

Arief bahtiar rifai – Pendidikan, Pemikiran

Definisi Proses Belajar

Proses  belajar adalah suatu aktifitas psikis ataupun mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Setiap jenis belajar mengandung suatu proses belajar tersendiri yang memiliki kekhususan tersendiri, namun semua jenis belajar ini meliputi suatu proses belajar yang menunjukkan gejala-gejala  yang terdapat pada semua proses belajar.

Read More

Pada proses pembelajaran, tahapan pembelajaran tidak bersifat permanen tetapi sangat ditentukan oleh konten atau materi bahan pelajaran dan situasi kelas yang ingin diciptakan oleh guru.

Menurut Wikipedia Secara psikologis, pada umumnya ada 8 fase dalam belajar, dan pada masing-masing fase itu terjadi proses-proses.

Fase–Fase Proses Belajar
Proses belajar (Sumber foto)

Fase Motivasi

Timbulnya motivasi (dorongan belajar) dalam diri siswa

Dua jenis motivasi :

  1. Motivasi Intrinsik

Dorongan yang timbul dalam diri siswa karena stimulus (rangsangan) dari dalam dirinya sendiri. Stimulus itu antara lain minat, bakat, cita-cita, kepuasan melakukan sesuatu dengan berhasil. Allah berfirman dalam memberikan motivasi kepada hambanya yang terdapat pada surat ali imron ayat 159

فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩ 

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya

  1. Motivasi Ekstrinsik

Dorongan yang timbuk dalam diri siswa, karena  stimulus dari luar, seperti penghargaan atas kinerja, pujian, atau upah yang diberikan pihak lain. Kedua motivasi itu sangat penting dalam belajar, tetapi motivasi intrinsik yang paling penting.

Fase Pemerhatian

Pemerhatian:

Pemerhatian (pemberian) perhatian pada materi pelajaran yang sedang (akan segera) disajikan. Ini timbul dengan baik setelah ada motivasi.

Ada tiga proses yang terjadi:

  1. Proses memperhatikan
  2. Proses menanggapi (memasukkan kedalam persepsi)
  3. Proses memahami.

Kuat-lemahnya proses-proses itu banyak bergantung pada cara penyajian materi sekolah, situasi belajar pengajar, dan motivasi.

Fase Pemerolehan

Pemerolehan:

Proses memahami (memeroleh) arti materi sekolah, dan memasukkannya kedalam ingatan jangka pendek (short-term memory), dan dari sana akan disimpan dalam ingatan jangka panjang(long-term memory). Proses ini disebut juga pelambangan (encoding). Guru berperan penting dalam membuat kuat-lemahnya proses ini.

Baca Juga:  Deretan Hutang Barat pada Ilmuwan Muslim, Sudah Tahu?

Fase Penyimpanan

Apa yang sudah dipahami dan dimasukkan kedalam ingatan jangka pendek dimasukkan dalam ingatan jangka panjang kemudian, dan disimpan disana dalam jangka waktu yang lama.

Apa sesungguhnya yang terjadi dalam ingatan  jangka panjang tidak diketahui dengan jelas.

Yang pasti ialah bahwa kapasitas ingatan ini sangat besar.

Fase penyimpanan ini juga disampaikan oleh imam syafii dalam sebuah lantunan kata mutiara beliau yang mana syarat memperoleh ilmu diantaranya adalah kecerdasan dan memiliki kapasitas yang luar biasa

اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ

ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

Ingatlah….. tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali dengan 6 syarat,yaitu :

  • cerdas
  • semangat
  • sabar
  • biaya
  • petunjuk ustadz/guru 
  • waktu yang lama

Fase Pengingatan

Pengingatan:

Proses mengingat kembali apa yang telah dipelajari (disimpan dalam ingatan jangka panjang)

 Pengingatan terjadi apabila ada tuntutan dari luar, misalnya, pertanyaan atau masalah yang dihadapi. Guru berperan penting dalam meningkatkan kemampuan (Kecepatan dan ketepatan) siswa dalam pengingatan. Proses yang terjadi dalam pengingatan disebut juga pelepasan lambang (decoding).

Fase Generalisasi

Generalisasi:

Proses mengingat dan mempergunakan apa yang telah dipelajari. Dari segi bahasa, pada fase ini siswa dapat menyatakan apa yang telah dipelajarinya dengan kata – kata (bahasa) sendiri secara baik . Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir belajar. Kemampuan Generalisasi adalah indikator mutu pemahaman siswa tentang materi pelajaran. Pada fase ini juga berkembang daya kritis dan berpikir mandiri.

Fase ini disebut juga transfer (pengetahuan sudah menjadi milik siswa).

Fase Kinerja

Ini adalah proses dimana siswa membuktikan pemahamannya tentang materi pelajaran melalui perbuatan (kinerja), seperti jawabnya atas pertanyaan dalam ujian, atau sikapnya dalam menghadapi masalah.

Fase Umpan Balik

Fase ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena dari kinerja diperoleh juga umpan balik.

Dalam fase ini siswa mengetahui tingkat pemahamanya tentang materi pelajaran dari kinerjanya sendiri, dalam arti hasil yang diperoleh dari kinerja kerja itu, seperti nilai ujian, respon yang diberikan guru, dll.

Umpan balik berguna untuk peningkatan (perbaikan) mutu. Dari umpan balik dapat diketahui apa yang harus diperbaiki.

Urutan fase – fase diatas adalah yang umum (standar). Tetapi dapat juga terjadi bahwa urutan itu tidak diikuti, misalnya langsung ke fase pemerhatian atau pemerolehan. Perubahan ini dapat terjadi terutama karena situasi belajar mengajar yang dihadapi, termasuk cara – cara penyajian materi pelajaran oleh guru. Tetapi bagaimanapun, fase – fase tersebut perlu diperhatikan. Menurut Jerome S. Brunner, salah seorang penentang teori S-R Bond, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase, yaitu

  1. Fase Informasi ( Tahap Penerimaan Materi )

Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yan sedang dipelajar. Diantara informasi yan diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas, dan memperdaln pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.

  1. Fase Transformasi ( Tahap Pengubahan Materi )
Baca Juga:  Soal Manajerial P3K Guru SD Terbaru !

Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu di analisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yan tepat untuk melakukan pembeljaran materi pelajaran tertentu.

  1. Fase Evaluasi

Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan ( informasi yng telah di transformasikan tadi ) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Pada pembelajaran multimodel, tahapan pembelajaran tidak bersifat permanen tetapi sangat ditentukan oleh konten/materi bahan pelajaran dan situasi kelas yang ingin diciptakan oleh guru.  Tahapan dalam proses belajar dengan pembelajaran multimodel sangat memungkinkan terjadinya kombinasi tahapan antar model-model pembelajaran yang telah ada. Prinsip dalam penyusunan tahapan pembelajaran adalah tujuan yang ingin dicapai, pengalaman belajar yang diharapkan, partisipasi siswa dalam belajar, efektivitas dalam mengelola waktu. Namun demikian, salah satu bentuk implementasi pembelajaran multimodel dapat dikemukakan dalam bentuk fase-fase pembelajaran, sebagai berikut:

  • Fase I (motivasi dan perumusan tujuan)

Pada tahapan awal ini, guru sebagai fasilitator melakukan ice breaker dengan siswa, kemudian direfleksi untuk memberikan motivasi atau membangkitkan semangat belajar siswa. setelah itu, guru memfasilitasi siswa untuk merumuskan tujuan pembelajaran secara demokratis. Keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan belajar, membangun rasa tanggung jawab dan hubungan emosional siswa dengan aktivitas belajar.

  • Fase II (Penyajian data dan orientasi masalah)

Pada tahapan kedua ini, guru dapat menyajikan materi inti dari konten yang ingin dipahami, skill yang akan dilatih, sikap yang akan ditunjukkan serta mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan. Guru dan siswa dapat saling berinteraksi dalam fase ini untuk selanjutnya, siswa memahami kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap belajar berikutnya. Pada tahap ini, juga dapat dilakukan pengelompokan siswa secara berimbang dengan memperhatikan faktor efektivitas kegiatan dan kualitas interaksi.

  • Fase III (kajian masalah dan penyelesaiannya)

Pada tahapan ini siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang ada bersama baik secara individual maupun kelompok yang telah ditentukan. Siswa dapat mengeksplorasi lingkungan, literature, bereksperimen, berdiskusi dengan nara sumber atau sesama anggota kelompok. Dalam tahap ini, guru dapat melakukan pendekatan kepada siswa secara individual atau kelompok untuk pembimbingan untuk efektivitas dalam pencapaian tujuan. Guru juga dapat memberikan motivasi, penguatan dan penghargaan sebagai bentuk perhatian yang dilakukan secara merata dan tepat guna kepada siswa. Namun demikian, orientasi tetap pada tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan melalui proses kerja sama yang memberikan peran masing-masing secara proporsional. Teori behavioral untuk pembelajaran menekankan pentingnya pengkondisian sebagai upaya mengaitkan atau mengasosiasi stimuli serta peran konsekuensi perilaku dalam menghasilkan perubahan dalam probabilitas perlaku (Santrock, 2007).

  • Fase IV (Komunikasi/Penyajian hasil)
Baca Juga:  Surplus Sarjana Pendidikan: Calon Guru Mau Kemana?

Pada tahap ini, guru memfasilitasi siswa mengkomunikasi pemahamannya dan atau menyajikan hasil karyanya untuk dishare kepada anggota kelas/kelompok lain. Pada tahap ini, kelompok lain dapat memberikan tanggapan dan penilaian terhadap materi yang disajikan sehingga terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Intervensi guru dalam hal ini, dapat berperan dalam klarifikasi dan mengarahkan untuk pembentukan kesimpulan. Dengan demikian, pengembangan akan informasi yang didapat akan lebih beraneka ragam. Interaksi yang terjadi dapat memicu kreatifitas dan daya berpikir yang lebih luas, sehingga dapat terbentuk asosiasi pengalaman sebagai stimulus untuk membentuk perilaku yang lebih baik.

  • Fase V (Refleksi dan Penghargaan/reward)

Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap aktivitas yang telah dilakukan dan memikirkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aktivitas sehingga menjadi lebih baik. Siswa dapat melakukan evaluasi terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan guru dan sebaliknya, guru juga dapat memberikan feedback kepada siswa. Setelah itu, guru menyampaikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar siswa yang ditunjukkan selama proses interaksi serta hasil yang dicapai dari sebuah proses. Penghargaan dapat didukung oleh bukti rekaman aktivitas atau penilaian yang dilakukan oleh guru ataupun oleh siswa sendiri. Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk pujian yang positif, sehingga dapat meningkatkan daya respon anak terhadap stimulus. Pada tahap ini pula, guru dapat memberikan suplemen materi, sebagai pengayaan yang dapat dipelajari siswa secara mandiri atau dengan bimbingan guru secara nonreguler.

Hal yang penting menjadi perhatian bagi guru dalam pembelajaran multimodel ini adalah pemeliharaan motivasi siswa agar tetap fokus dalam proses belajar. Dalam hal ini, guru harus kreatif dalam memulai proses belajar, jeli menciptakan kegiatan sela dalam setiap perpindahan fase atau pada setiap term waktu tertentu, serta cerdas dalam  mengakhiri setiap fase dan menutup proses pelajaran.     Menurut Given (2007), dalam sistem pembelajaran emosional, guru dituntut menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa agar mereka dapat belajar secara efektif. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan membantu siswa menemukan hasrat belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan mendukung mereka dalam upaya untuk menjadi apapun yang mereka bisa capai. Oleh karena itu, pelajaran harus menarik, menantang, relevan, berkaitan dengan apa sudah diketahui siswa, bisa dicapai, atau berada dalam zona perkembangan proksimal siswa.

Oleh: Arief bahtiar rifai
Editor: Deany Januarta Putra

About Author

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment