Nasionalisme Tanda Cinta Anak Bangsa – Apa itu nasionalisme ? Itu lah tanda cinta seorang anak bangsa kepada tanah airnya. Apakah kamu pantas disebut seorang anak bangsa itu? Yuks Kita simak puisi dari bapak pramuka kita, Dr Adyaksa Dault:
Hidup Hanya sekali
Gunakan untuk mengabdi
Kepada Illahi Rabbi
Dan membangun negeri
Agar tidak menyesal nanti
Surga tujuan abadi
Allohu Akbar!
Merdeka!
(Adhiyaksa Dault-Menpora 2004-2009)
Menjadi Anak Bangsa yang Mencintai Negeri
Seringnya kita mendengar kata nasionalisme. Bab-bab pelajaran yang membahasnya juga sudah diajarkan di bangku sekolah dasar maupun pendidikan tinggi tingkat pertama. Saya yakin anda pun sudah melaluinya. Tetapi mari kita bahas bersama sekali lagi.
Sedikitnya pembahasan nasionalisme akan mengerucut pada dua pandangan dari sisi keislaman. Satu membolehkan paham itu ditanamkan dalam kehidupan bernegara, sedang satunya lagi tidak menganjurkannya sedikit pun. Itu karna nasionalisme dianggap mutlak sebagai salah satu biang kerok bubarnya kekhalifahan Turki Utsmani.
Memang sedikit banyak pengaruh itu ada. Namun juga akan timbul lebih parah masalah jika saat sekarang seorang muslim sama sekali tak memiliki rasa cinta akan tanah lahirnya. Semoga saya dan anda segera mendapat jernihnya dari keruhnya perbincangan tentang nasionalisme ini.
Dan selanjutnya kita bisa mengikuti paham nasionalisme karena adanya kesadaran yang bisa dipertanggungjawabkan.
Bagi saya membangun kecintataan pada negeri, atau sebutlah nasionalisme tidaklah ada pertentangan dengan Islam, selama agama yang agung ini diposisikan di atas nasionalisme itu sendiri.
Cinta tanah air adalah insting, sebagaimana cinta pada seseorang atau harta benda. Dan tidak ada agama tertentu yang melarang hal ini, umat manusia dari agama manapun bisa memiliki rasa cinta akan tanah airnya. Mukmin ataupun atheis sekali pun bisa punya cita rasa yang sama akan hal ini.
Baik, agar kita semua lebih memiliki gambaran tentang nasionalisme, saya paparkan apa yang saya pikir cukup relevan untuk mewakili benturan sikap dalam memaknai paham nasionalisme. Saya kutipkan pendapat salah satu guru besar pergerakan dunia muslim asal Mesir, Syeikh Hasan Al Bana;
“Jika yang dimaksud nasionalisme adalah kerinduan atau keberpihakan terhadap tanah airnya, atau keharusan berjuang membebaskan tanah airnya dari imperialism atau memerperkuat ikatan kekeluargaan masyarakatnya, atau membebaskan negeri-negeri lain maka hal tersebut merupakan sesuatu yang fitrah dan dapat diterima bahkan ada yang dianggap kewajiban.
Sebaliknya apabila nasionalisme itu adalah dimaksudkan untuk memilah umat dieksploitasi untuk memenuhi ambisi pribadi, maka itu adalah nasionalisme palsu yang tidak akan memberikan manfaat sedikit pun.”
Bisakah sekarang kita bersepakat, bahwa nasionalisme dalam semua pengertian yang baik dan mendatangkan manfaat bagi tanah air dan manusia penghuninya adalah sesuatu yang wajib dimiliki? Sekarang saya ingin bertanya:
“Apakah rela jika Indonesia dikata sebagai negeri terkorupsi? Dan yang paling menghinakan adalah negeri muslim yang pengakses situs fahisyah tertinggi? Dan tersebut sebagai negeri terdzolimi lainnya?”
Jika anda tidak rela, itu tandanya telah ada cinta untuk Indonesia. Itu lah salah satu pengertian nasionalisme yang paling sederhana.
Jika benar sudah ada cinta di hati kita, maka cinta itu kini menuntut komitmen dan pengorbanan, anda dan saya. Cinta itu sedang menuntut kita untuk hadir turun tangan sepenuh jiwa. Menyeka air mata jutaan masyarakat Indonesia yang sedang gundah oleh bencana Karhutla dan konflik di papua salah satunya.
Bisakah kita ikut mengucurkan keringat partisipasi, membanting tulang kontribusi, membangun negeri dengan keunikan peran masing-masing yang digariskan Alloh SWT.
Bisakah kita yang terkadang berteriak; ‘Sok paling Pancasila dan paling NKRI’, hari ini saling berkorban, bahu-membahu, demi cita-cita bersama. Demi menghadirkan sebaik-baik warisan kepada anak-cucu negeri ini kelak.
Insya Alloh, cinta itu akan berbalas dan mengantarkan kita pada ridho Alloh SWT. Aamiin. Saya kira itu!