Kisah Inspiratif Islami – Kisah yang akan kami bagikan ini adalah kisah nyata yang pernah dialami langsung oleh generasi sahabat. Generasi sahabat adalah generasi terbaik sejarah umat manusia. Dan semua kisahnya adalah riil dan jauh dari hoax.
Empat kisah yang kami share dalam artikel ini sangat inspiratif dalam membangun sebuah perspektif keadilan, dan bisa anda jadikan cerita teladan bagi keluarga.
Kisah Inspiratif Islami, Cerita Pendek Teladan keluarga
- Kisah Ispiratif Islami Baju Besi Ali R.A.
Setelah menunaikan suatu peperangan, Pada suatu waktu, Khalifah Ali R.A meletakkan baju perangnya di samping rumah. Ia bermaksud membersihkan dan menyikat baju perang itu sebelum disimpan.
Putranya, Hasan, melihat itu ingin membantu, namun Ali R.A ingin melakukannya sendiri. namun sejurus kemudian, belum sempat Ali R.A membersihkan baju perangnya, baju itu tiba-tiba lenyap. Dengan keheranan Ali R.A menanyakan kepada para anggota keluarganya, barangkali ada yang melihat baju perang itu.
Seluruh anggota keluarga merasa tidak memindahkan. dan mereka semua merasa heran.
Beberapa hari kemudian, Ali R.A melihat baju perangnya berada di pasar di tangan seorang Yahudi. Maka Ia pun menanyakannya. si yahudi bersikeras bahwa baju perang itu miliknya. Sementara Ali R.A. merasa yakin bahwa baju itu adalah miliknya.
Maka Ali R.A mengadukan masalah ini ke qadhi. Beberapa waktu kemudian digelarlah pengadilan. Duduk sebagai terdakwa si Yahudi miskin. dan Khalifah Ali R.A sebagai penuntut. Si yahudi hadir di pengadilan dengan perasaan was was.
di dalam hatinya dia membatin, manalah mungkin ia memenangkan pengadilan ini. Pengadilan muslim dengan qadhi muslim berhadapan dengan kasus yang menimpa amirul mukmininnya. Sedangkan ia hanyalah Yahudi miskin. Pastilah ia akan dihukum keras.
Ia sadar dan merasa bersalah karena telah mencuri baju perang Sang Khalifah. tetapi ia pun terpaksa karena diri dan keluarganya sangat lapar. Apakah ada keadilan di ruang pengadilan muslim?
Lamunannya berhenti ketika qadhi kurus masuk ke dalam ruang pengadilan. Namun, para pegawai pengadilan dan masyarakat yang ahdir di persidangan tampak menghormatinya.
Sejurus kemudian qadhi membuka sidang. “Wahai khalifah apa tuntutan anda kepada terdakwa?” Tanyanya tegas. Khalifah Ali R.A pun menceritakan perihal kehilangan baju perang miliknya.
“Wahai Khalifah, apakah engkau bisa dapat membuktikan kalau baju perang yang ada di tangan terdakwa adalah milikmu?” Tanya qadhi.
Ali R.A tersentak dengan pertanyaan qadhi. Ia termenung dan merasa sulit membuktikan. Kemudian dia berkata, “Aku tak mampu membuktikannya wahai qadhi, yang bijak. namun, anakku Hasan mengetahui bahwa baju perang itu adalah milikku dan hilang saat aku akan membersihkannya.”
Namun Sang qadhi menolak saksi dari pihak keluarga. Karena Ali R.A tak mampu membuktikan, maka akhirnya sang qadhi memutuskan bahwa perkara itu dimenangkan oleh si Yahudi.
Seperti halilintar di siang bolong, si yahudi merasa tersentak dengan purtusan qadhi kurus dan berwibawa itu. Sungguh, ia tak menyangka jika kan memenangkan pengadilan melawan seorang Khalifah.
Padahal sesungguhnya, dirinyalah yang mencuri baju perang itu. Apalagi ini adalah pengadilan muslim. Akhirnya ia mendaki Ali R.A.
“Wahai Khalifah, sesungguhnya baju perang ini milikmu”, ucapnya. “Ambillah kembali, aku sungguh terharu dengan pengadilan ini. Meski aku hanya seorang Yahudi miskin dan engkau adalah amirul mukminin. Ternyata pengadilan muslim memenangkan aku. Sungguh, ini adalah pengadilan yang luar biasa. Dan sungguh Islam yang mulia tidak memandang jabatan di dalam ruang pengadilan. ”
” Wahai Khalifah Ali, mulai detik ini aku akan memeluk Islam dan ingin menjadi muslim yang baik’, katanya mantap sambil menyodorkan baju perang Ali.
Khalifah Ali R.A tertegun sejenak. ” Wahai Fulan, ambilah baju perang itu untukmu. Aku hadiahkan kepadamu. Aku gembira dengan keislamanmu,” kata Ali R.A dengan mantap. dan merak semua pulang dari pengadlan dengan gembira.
Hikmahnya adalah, bahwa keadilan adalah magnet yang dapat menundukkan nurani kemanusian.
2. Kisah Inspiratif Islami Pembelian Kuda
Suatu ketika Umar Ibnul Khatab R.A yang saat itu menjabat amirul mukminin membeli seekor kuda. Umar membawa kuda itu jauh dari penjual lalu menungganginya untuk mencobanya. Namun naas, kuda itu mengalami cidera,. hati kecilnya mengatakan bahwa ia harus mengembalikan kuda itu karena ia menyangka bahwa penjual kuda itu telah menipunya.
Namun penjual kuda itu menolak menerima kembali kudanya dari amirul mukminin. Lalu, apakah Umar menyuruh agar orang ini ditangkap? Tidak sama sekali! Umar malah menerima gugatan atas orang itu.
Si penggugat bersikeras bahwa dialah yang harus memilih hakim untuk menangani perkara mereka. Dan benar, orang itu memililih Syuraih, hakim yang dikenal keadilannya. Umar pun harus duduk di kursi pesakitan sebagai tertuduh.
Hakim mengeluarkan keputusannya bahwa Umar bersalah. Hakim berkata, “bayarlah kuda yang engkau beli atau kembalikan kuda itu dalam keadaan seperti semula (tanpa cidera)”.
Umar menanggapi putusan itu dengan perasaan gembira. Ia menatap Syuraih seraya berseru, “Demikianlah seharusnya pengadilan itu.”
Umar tidak memerintahkan untuk memenjarakan hakim, tidak pula menuduhnya bekerjasama dengan penjual kuda itu atau menuduhnya membahayakan keamanan negara. Bahkan Umar mengangkatnya menjadi hakim di wilayah Kuffah sebagai perhargaan atas perbuatannya.
Ketika hakim berani mengakkan keadilan di hadapan penguasa, maka negara akan aman dan rakyat terlindungi.
3. Kisah Inspiratif Islami; Keputusan yang Tepat
Nabi Muhammad SAW bercerita ada dua wanita keluar membawa bayi mereka. Tiba-tiba seekor serigala menyerang dan memangsa salah satu dari bayi itu. Kedua wanita memperebutkan si bayi yang masih hidup.
Masing-masing mengaku bahwa si bayi adalah anaknya. lalu mereka memperkarakan anak itu kepada Nabi Dawud A.S. Beliau berkata; ” Apa yang menjadi perselisihan diantara kalian?”. Kedua wanita itu menceritakan kisah yang mereka alami. Lalu Dawud memutuskan bahwa si anak milik wanita yang lebih tua.
Mereka tidak puas, mereka membawa perkara itu kepada Nabi Sulaiaman A.S. Beliau berkata; “Berikanlah kepadaku sebilah pisau, aku akan membelah anak ini menjadi dua dan masing-masing dari kedua wanita in mendapat separuh bagian.”
Wanita yang lebih muda terkejut dan berkata; “Apakah paduka akan membelahnya menjadi dua, wahai Nabi Allah?” Sulaiaman menjawab. “Ya”. Wanita itu pun memohon, “Janan kau lakukan hal itu, wahai paduka, biarkanlah bagianku kurelakan untuk saudara tuaku ini.”
Maka Suliaman memutuskan bahwa anak itu adalah milik si wanita yang lebih muda. Beliau berkata; “Ambillah anak ini karena dia adalah anakmu.”
Cinta adalah bukti dan tali batin ibu atas anaknya.
4. Kisah Ispiratif Islami Pacuan Kuda Anak Gubernur
Saat Amr Ibnul Ash menjabat gubernur Mesir, ia mempunyai putra yang gemar pacuan kuda. Suatu ketika, putranya mengikuti pacuan kuda melawan seorang joki dari Mesir. Mereka mencapai gars finis secara bersamaan. Sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti siap yang memenangkan pacuan kuda itu.
Putra Sang Gubernur merasa tersinggung dan memukul orang Mesir. Ia berkata, “Kamu tidak bisa mengalahkan putra pejabat?”
Orang Mesir itu tidak dapat terima dan mengadukan pemukulan itu pad Amirul Mukminin Umar Ibnul Khatab R.A. Maka Umar pun mengaggil Gubernur Mesir Amr Ibnul Ash dan putranya. Ia juga memanggil orang Mesir yang mengadukan itu.
Di hadapan khalayak, Umar menyuruh orang Mesir itu untuk memukul putra gubernur sambil berkata, “pukullah anak pejabat ini.” Ia juga menyuruh orang Mesir untuk memukul Gubernur karena naknya tidak berani memukul orang kecuali karena jabatan yang ia pegang.
lalu Umar membentuk Amr bin Ash, ” Sejak kapn kalian memperbudak manusia, padahal ibu mereka melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?”
Keadilan adalah hak makhluk yang merdeka.
1 comment