Cara Meningkatkan Indek Pembangunan Manusia Indonesia-Hallo Pemuda, kalian adalah harapan masa dean Republik Ini. Maka jangan sia-siakan hidup kalian hanya untuk menghidupi layar gadget sepanjang hari. Juga anda para pesohor negeri ini. Tolong perhatikan para pemudanya!
Okey Artikel ini akan membahas bagaimana cara menaikkan indek pembangunan manusia Indonesia. Tapi memang ini adalah versi alias sudut pandang dari seorang anak muda yang pernah terlibat dalam gerakan tarbiyah. Jadi bagi yang punya pandangan berbeda maka sangat tidak masalah, dan kita tak bertengkar sesama anak bangsa. Simak ya!
Belajar Percepat Pembangunan Dari Para Pemimpin Dunia
Selain Mao Zedong, ada beberapa pemimpin dunia lainnya yang telah banyak berbuat bagi negerinya dalam kurun waktu yang relatif singkat. Sebutlah, Hitler misalnya. Ia Sang Pengobar Perang Dunia II dengan tumbal kurang lebih 50 juta orang memang sudah dikenal kekejamannya.
Namun sisi positif yang juga perlu kita bawakan secara adil dalam paragraf ini adalah kemampuan menyelesaikan urusan dalam negerinya dalam waktu yang singkat. Ia telah berhasil memberikan lapangan kerja bagi berjuta-berjuta pengangguran, mengembalikan nilai mata uang yang merosot, menyelesaikan masalah tentara bayaran, dan memungkinkan Jerman untuk menghidupkan kembali industry-industri militernya yang dulu dilarang atas perjanjian Paris dan serta membatasi jumlah produksinya.
Itu semua ia lakukan hanya dalam beberapa tahun saja. Ia diakui telah berhasil mengubah Jerman dari sebuah negara yang kalah menjadi negara yang hampir dapat mengalahkan seluruh negara yang menjadi musuhnya kala itu.

Tetapi sekali lagi, yang dibangun Hitler adalah peradaban materi semata. Sementara bangsa kita beda karakter dan nilai-nilai kehidupan yang dianutnya.
Memang Indonesia butuh bangunan fisik yang kokoh, menjulang tinggi, jika perlu menjadi mercusuar di tengah pergumulan hidup dengan bangsa lain. Namun tentu tak sekadar mewah fisiknya, atau indah perwajahannya sebagaimana diidam-idamkan banyak mata.
Rasanya Indonesia belum puas jika hanya diparesiasi dengan dikata elok karna Balinya, kain batiknya, kain tenunnya, ataupun tari Reognya. Kemudian hal itu sudah cukup untuk menjadi modal kita petentang-petenteng saat hasil kekayaan budaya leluhur kita itu diklaim sebagai milik orang lain. Kain Batik dan tari Reog misalnya, yang mana pernah diklaim sebagai milik Malaysia.
Bukan, bukan sekali lagi bukan itu! Itu semua hanyalah tampilan, hanya sebuah Display Window. Atau hanya selintas tampilan wajah Indonesia yang bisa dinikmati oleh mata dunia. Karena sesungguhnya yang kita harap adalah Indonesia yang indah tampak dari luar dan istimewa di kehidupan dalam negerinya.
Sebab itu, Indoenesia sebagai negara berkeinginan untuk membangun kehidupan masyarakatnya yang seutuhnya, yaitu membangun dari sisi material dan spiritual, serta menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan republik Indonesia.
Sehingga wajar jika kemudian, WR Supratman menuliskan dalam lagu Kebangsaan Indonesia Raya, yang salah satu penggal lirik lagunya berbunyi; “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”.
Cara Tarbiyah Meningkatkan Indek Pembangunan Manusia Indonesia
Sekarang kita tengok statistik data kependudukan, disebutkan 88% rakyat Indoensia menganut Islam sebagai keimanannya. Indonesia adalah bangsa Muslim, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya pun tidak bisa dinetralkan dari konsep-konsep keislaman. Karakter manusia-manusia di negeri ini harus ditata dengan cara cara Islam.
Caranya telah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Rasululloh yang diakui oleh kawan maupun lawan, serta dinobatkan sebagai manusia paling berpengaruh di bumi dan di langit, senyatanya tidak mengawali perubahan besarnya dengan membangun ekonomi ataupun kekuatan militer terlebih dahulu.
Tetapi beliau mengawalinya dengan membangun manusianya, yakni melalui konsep tarbiyah yang menyejarah. Beliau membangun tiap individu yang terlibat dalam mengemban dakwahnya dari segi sepiritual dan material. Fisik dan ruhiyahnya.
Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia tidak akan mampu bersaing jika negara hanya memfasilitasinya lewat pembangunan jalan tol, bandara, waduk, dan sarana fisik dan sebagainya. Coba sama-sama kita renungkan, APBN yang digelontorkan pemerintah telah menghasilkan manusia Indonesia sekualitas apa?
Bisakah kita mengubah cara pandang kita terhadap proses pembangunan di negeri ini. Jika kita semua merasa bahwa pembangunan manusia Indonesia seutuhnya telah dilakukan namun hasilnya belum tampak betul, maka perubahan kurikulum pendidikan perlu juga ditinjau ulang.
Perhatikan ayat Allah yang sudah sering kita ulang-ulang ini. Ayat yang mulia ini menyatakan prasyarat terjadinya perubahan, yang mana perubahan itu sendiri telah menjadi hukum masyarakat yang ditetapkan Al-qur’an.
“Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum (masyarakat), sampai mereka mampu mengubah (terlebih dahulu) apa yang ada pada diri mereka sendiri (sikap mental)”. (QS. Ar-ra’ad:11).
Lewat ayat yang mulia itu Allah mengarahkan rencana perubahan masyarakat sebutlah Indonesia, melalui tangan manusianya. Artinya prasyarat perubahan Indonesia itu ada pada kemampuan manusia Indonesia berubah. Kualitas Indonesia akan diukur dari masing-masing kita yang ber-KTP Indonesia.
Mau berubah jadi seperti apa kita?
Mari kita kembali ke dalam konteks manusia Indonesia yang sebagian besarnya beragama Islam. Kita mungkin perlu bertanya, format seperti apa yang akan kita copy paste ataupun capture. Kita ambil sistem pembangunan manusia dari negara mana lalu kita terapkan di Indonesia?
Tentu, kita akan mengikuti Sang Nabi. Nabi lah yang paling berhasil mendidik umat manusia dan mengantar para sahabat menjadi generasi terbaik semuka bumi.
‘Mendidik para pemuda menjadi manusia muslim ideal’, mungkin ini yang akan menjadi tag line pendidikan kita masa-masa mendatang. Sehingga kurikulum pendidikan kita pun wajib memuat standar kompetensi pribadi muslim yang ideal. Seperti apa pribadi muslim yang ideal itu?
Insya Allah telah bertebaran buku yang membahas terkait karakter muslim yang ideal, sehingga tidak perlu terlalu panjang saya jabarkan di sini. Hasan Al Banna telah merincinya untuk kita, yakni ada sepuluh karakter atau muwashofat:
- Salimul Aqidah (aqidah yang lurus/ good faith)
- Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar/ Right Devotion)
- Matinul Khuluq (Akhlak yang kokoh/ Strong Character.
- Qowiyyul Jismi (Jasad yang kuat/ Pyhsical Power)
- Mutsaqqoful Fikri (Pengetahuan yang luas/ Think Brilliantly).
- Mujahadatun Linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu/ Continence).
- Haritsun’ala Waqtihi (manajemen Waktu/ Good Time Management).
- Munazhzhamun fi Syuunihi (Terarah dan teratur dalam urusan/ Well Organized)
- Qodirun ‘Alal Kasbi (mandiri secara ekonomi/ Independent Finacially)
- Naafi’un Li Ghairihi (Bermanfaat bagi orang lain/ Giving Contribution).
Jika 10 muwashofat di atas menjadi muatan standar kompetensi dasar yang wajib dikuasai setiap peserta didik dan dijadikannya standar kelulusan, kita sudah bisa menebak jika sekolah akan melahirkan pribadi-pribadi muda yang baik.
Setelah menjadi baik, akan melekat padanya kewajiban untuk ikut memperbaiki lingkungan masyarakatnya. Yang bisa ia mulai dari keluarganya. Lanjut menyiarkan dakwah. Memerangi keburukan, dan mensponsori kebaikan, lagi bersegera beramal kebaikan.
Selalu berusaha membangun opini umum untuk mendukung Islam, mencari format baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakat secara umum. Menyuarakan pembebasan negeri-negeri muslim.
Menyuarakan pembetukan pemerintahan yang adil dan sejahtera. Dan mewujudkan kembali persatuan Islam dalam bingkai NKRI.
Jika potensi-potensi itu telah hadir dalam lebih banyak diri manusia Indonesia, insyaAlloh potensi ini akan segera mengorbit di tengah-tengah masyarakat. Dan masing-masing individu itu akan menjadi sosok mitra pengubah di tengah masyarakatnya menuju Indoenesia yang lebih beradab.
Saya kira itu!