Haidunia.com – Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari akan sangat berperan penting dalam upaya menanamkan kejujuran pada diri anak. Tentunya telah kita pahami bersama bahwa salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengajarkan bersikap jujur adalah melalui cerita.
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari untuk saat ini sangat penting diperdengarkan kepada anak-anak kita. Mengingat untuk saat ini kejujuran telah menjadi kata yang mudah diucapkan, namun sering dihinakan dalam tindakan. Maka kisah-kisah yang mencerminkan kejujuran adalah salah satu sarana pendidikan yang dipandang efektif untuk jaman ini.
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari yang disajikan oleh tim haidunia.com ini dapat dijadikan sebagai alternatif oleh Anda para orang tua, dan terlebih lagi bagi Anda yang sehari-hari berprofesi sebagai pendidik. Cerpen tentang kejujuran yang kami bawakan terdiri dari dua kisah yang sangat inspiratif. Silahkan Anda simak dengan seksama!
Daftar Isi
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari yang kami bawakan ini adalah sebuah kisah nyata. adi Anda sebagai orang tua maupun bapak/ibu guru tak perlu ragu lagi untuk mengisahkannya kembali. Semoga saja anak didik kita bisa menadah hikmah dari suatu kisah.
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari pada laman ini terdiri dari dua kisah. Masing-masing kisah akan berbincang tentang iman sebagai dasar kejujuran (kebenaran).
Semoga dua kisah yang kami bawakan ini bisa menginspirasi langkah-langkah hidup yang kita jalani ke depan. Contoh jujur dalam perbuatan yang pertama adalah tentang seorang sahabat yang dikatakan Nabi SAW sebagai calon penghuni surga. Sedangkan kisah kedua mengisahkan sesosok pedagang yang jujur, yang mana dengan kejujurannya ia berhasil mengislamkan Sang Pembeli yang beragama Nasrani.
Silahkan disimak!
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari yang Pertama:
Sebentar Lagi Seorang Penghuni Surga Akan Masuk!
Kisah ini dibawakan oleh Anas Bin Malik. Suatu ketika Rasulullah SAW sedang duduk-duduk di Masjid Nabawi dan berbincang-bincang dengan para sahabat.
Saat itu pula Sang Nabi berucap; “Sebentar lagi seorang penghuni surga akan masuk kemari!”
Maka pandangan para sahabat langsung tertuju ke gerbang pintu untuk menunggu siapa yang akan datang melintas. Para sahabat pun mulai membayangkan sosok yang luar biasa itu sedang berdiri di depan pintu Masjid Nabawi.
“Penghuni surga, penghuni surga.” Begitu, bayangan yang menyelinap di benak mereka.
Maka beberapa saat kemudian yang ditunggu-tunggu pun datang. Masuklah sosok lelaki dengan air wudhu yang masih membasahi wajahnya. Apa sih keistimewaan sosok itu hingga mendapat jaminan surga?
Tentunya tidak satu pun sahabat yang berani mengajukan pertanyaan saat itu juga. padahal semua sahabat yang ada di situ sangat ingin mendengar jawabannya.
Ternyata pada hari berikutnya sampai hari ketiga pasca Nabi memberikan informasi tersebut, peristiwa serupa terulang lagi. Artinya para sahabat kembali mendapati sosok calon penghuni surga itu masuk melalui pintu Masjid Nabawi dalam keadaan wajah telah berwudhu.
Hal itu kemudian membuat ‘Abdullah, putra Gubernur Pertama di Mesir: ‘Amr bin al-‘Ash, tidak tahan lagi untuk mengajukan pertanyaan. Namun dalam benaknya ada sedikit rasa kurang percaya diri untuk menanyakan amalan apa yang membuatnya dijamin surga.
Pada sisi yang lain, ia juga khawatir tidak mendapatkan jawaban yang detail lagi memuaskan. Maka, lahirlah ide untuk membersamai sang penghuni surga.
Ia pun mendatangi si penghuni surga sambil berkata, “Wahai saudaraku! Telah terjadi kesalahpahaman antara aku dan orang tuaku. Karena itu, dapatkah aku menumpang di rumahmu selama tiga hari?”
Sang calon penghuni surga itu menjawab; “Tentu, tentu,” jawab si penghuni surga. dari percakan itulah kemudian diketahui nama beliau Sa’ad bin ‘Amr bin al-‘Ash, yang ternyata seorang Anṡar.
Setelah selang sehari Abdullah mengamati, ia menelisik dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, ternyata sesuatu yang istimewa tidaklah tampak darinya.
Artinya, Abdullah tidak mendapati Sa’ad bin ‘Amr bin al-‘Ash salat malam dan tidak pula menuanaikan puasa sunah. Bahkan Abdullah mendapatinya tidur nyenyak hingga beberapa saat sebelum fajar tiba.
Memang sesekali ia menyebut nama Allah di pembaringannya dalam kondisi mata terpejam. Tetapi itu hanya sejenak, dan tidurnya kembali berlanjut.
Begitu juga pada siang harinya. Abdullah merasa belum menemukan amalan utama dari sang Calon Penghuni Surga, kecuali mendapatinya bekerja dengan tekun. Ia tampak pergi ke pasar sebagaimana orang lain berangkat ke pasar.
“Pasti ada sesuatu yang disembunyikan atau yang tak sempat kulihat. Aku harus berterus terang kepadanya,” Begitu pikir ’Abdullah bin ‘Amr.
“Apa yang engkau lihat, itulah saya!” jawab si penghuni surga.
Maka ‘Abdullah bin ‘Amr pun merasa tak mendapatkan hasil setelah tiga hari lamanya membersamai dan bermaksud pulang ke rumah kembali. Tetapi tiba-tiba tangannya dipegang oleh sang penghuni surga seraya berkata;
“Apa yang engkau lihat, itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi, saya tidak pernah merasa iri terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT. Tidak pernah pula saya berdusta dalam melakukan segala kegiatan saya!”
(HR. Ahmad)
Begitulah kisah dari Sang Calon penghuni Surga yang dikabarkan Oleh Nabi. Kisah tersebut juga bisa anda baca kembali di: Mutiara Akhlak Rasulullah saw. Karya Ahmad Rofi’ Usmani.
Kedudukan Pemilik Sifat Jujur
Kisah tadi tentunya menandakan tingkat keislaman seseorang, serta penanda kesempurnaan bagi pemilik sifat jujur tersebut. Yang mana pemilik kejujuran akan memiliki kedudukan yang tinggi di dunia maupun akhirat.
Kejujurannya itulah yang mengantarnya memiliki keistimewaan dibanding sahabat Nabi yang lain. Kejujurannya itulah yang menjadikannya mencapai derajat mulia dan selamat dari ujian akhirat.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pun dapat menyaksikan bahwasanya orang jujur akan dipermudah jalan rezekinya. Begitu juga dengan segala urusannya.
Contoh nyata adalah kejujuran Nabi saat menjalankan bisnis perniagaan milik Siti Khadijah. Karna sifat jujurnya, Nabi berhasil membawa dagangan lebih banyak lagi dengan keuntungan yang tentunya semakin berlipat.
Kejujurannya membuat orang yang bertransaksi puas lagi bahagia tanpa pernah kecewa. Sementara Nabi pun selalu pulang dengan membawa keuntungan. Maka mari, jujurlah!
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari yang kedua:
Untung di Dunia dan Mendapat Pahala di Akhirat
Sebuah kisah tentang pedagang saleh yang selalu berpesan kepada para pegawai maupun penjaga toko nya. Pesannya adalah agar para pelanggan nya diberi tahu adanya kekurangan atau cacat pada barang yang hendak dibelinya.
Artinya, setiap ada calon pembeli, Sang majikan tadi menghendaki setiap pegawai toko nya agar mengingatkan calon pembeli untuk mengecek barang yang akan dibeli.
Inilah kisah nyata nya pada suatu hari:
Saat itu toko nya kedatangan seorang Yahudi yang berniat untuk membeli baju yang ada cacatnya. Sayangnya sang pemilik toko sedang tidak ada di tempat.
Celakanya Sang Yahudi membeli baju itu tanpa mengecek, dan diantara pegawai toko juga luput untuk mengingatkannya.
Saat Sang Pemilik toko kemabali beliau pun bertanya mengena keberadaan baju cacat tersebut. Maka salah satu pegawai menjawabnya: “Baju itu telah dibeli oleh seorang Yahudi.”
Lalu sang pemilik toko pun bertanya proses jual beli nya tadi; “Apakah ia sudah mengecek cacat yang ada pada baju itu?” Lalu dijawab, “Belum.” Pemilik toko bertanya lagi, “Sekarang mana dia?” Dijawab kembali, “Ia sudah pergi bersama rombongan dagang.”
Maka seketika, sang pemilik toko membawa uang hasil pembayarannya dari baju cacat tadi untuk mengejar dan menemui Sang Pembeli Yahudi. Tahukah, berapa hari proses untuk mencari dan bertemu kembali dengan Sang Yahudi tadi?
Ternyata sang pemilik toko baru berhasil menemui rombongan Sang Yahudi setelah menempuh tiga hari perjalanan. Sambil bertanya: “Hai fulan, tempo hari kamu telah membeli sebuah baju yang ada cacatnya. Ambil uang kamu ini dan berikan baju itu.”
Yahudi itu balas menjawab, “Apa yang menyebabkan berbuat sampai sejauh ini?”
Lelaki itu menimpali, “Islam dan sabda Rasulullah saw., “Siapa yang menipu bukan berasal dari umatku.”
Yahudi balik menimpali, “Uang yang aku bayarkan kepadamu juga palsu. Maka, ambillah uang tiga ribu ini sebagai gantinya dan aku tambahkan lagi lebih dari itu, “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu Rasulullah.”
Inilah kisah yang sangat inspiratif mengenai sebuah kejujuran, yang ternyata mampu menggerakkan Sang yahudi untuk berislam.
Kisah selengkapnya bisa anda baca di: 100 Kisah Teladan Tokoh Besar; Karya: Muhammad Said Mursi & Qasim Abdullah Ibrahim
Cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari di atas semoga menjadi bahan yang mudah untuk Anda ceritakan kembali. baik itu sebagai dongeng sebelum tidur, maupun Anda bawakan di depan kelas. Tentunya cerita pendek kejujuran dalam kehidupan sehari hari masih banyak lagi yang bisa Anda dapatkan dari sumber lain. Silahkan Anda dapat merujuk kepada sumber-sumber lainnya sesuai dengan kebutuhan anak didik Anda. Salam!