Macam macam Makna Kata dalam Bahasa Indonesia dan Contohnya – Salah satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kekayaan bahasa. Kekayaan bahasa tidak saja ditunjukkan oleh pentingnya fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia di mata kita sebagai bangsa, tetapi bentuk kekayaan itu salah satunya terdapat pada bermacam-macam makna kata yang terkandung di dalamnya.
Macam-macam makna kata tersebut jika kita rinci terdiri dari makna leksikal dan gramatikal, makna referensial dan nonreferensial, makna denotatif dan konotatif, makna kata dan istilah, makna konseptual dan makna asosiatif, makna idiomatikal dan peribahasa, dan makna kias.
Adanya macam-macam makna kata diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan makna kata tersebut. Fakto-faktor yang mempengaruhi perubahan makna diantaranya perubahan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia, faktor perubahan lingkungan, tanggapan indra, gabungan leksem (kata), atau bisa juga karena tanggapan si pemakai bahasa, serta sebab lainnya.
Selain macam-macam makna kata, dalam bahasa Indonesia juga dikenal relasi makna. Beberapa relasi makna yang kita kenal diantaranya berupa sinonim dan antonim, homonim, homofon, homograf, hiponim, hipernim, polisemi, makna asosiatif, makna afektif, makna ambiguitas, redundasi, dan meronim.
Macam-macam makna kata dan relasi makna kata tersebut akan kita ulas dalam artikel ini, serta kami mencoba untuk menyertakan contoh kata maupun contoh kalimat yang bersesuaian dengan pembahasan.
Namun sebelum mengupas jenis-jenis atau macam-macam makna kata dan relasi makna kata, saya ajak anda untuk kembali mengingat tentang hakikat makna kata, perubahan makna kata, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan makna kata. Selamat menyimak!
Hakikat Makna Kata
Makna kata adalah pengertian atau maksud yang terkandung serta tersimpul dalam sebuah kata. Contohnya adalah ketika kita menyebut kata kata gubuk. Maka kata gubuk sudah umum sama-sama kita pahami sebagai bangunan kecil tempat berteduh dari panas dan hujan yang letaknya di sawah atau ladang.
Setiap kata yang memiliki makna pasti dapat dihubungkan dengan suatu hal, misalnya berkaitan dengan benda, aktivitas, kejadian, maupun situasi tertentu. Jika sebuah kata tidak dapat dihubungkan dengan segala sesuatu tersebut, maka dikatakan kata yang dimaksud tidak memiliki makna kata.
Sebagai contoh adalah kata yang asal diketik saja oleh penulis. Misalkan kata abangibing. kata ini tidak memiliki makna karena tidak ada suatu hal yang bisa dihubungkan dengannya. Sekarang mari kita bahas mengenai macam-macam makna kata.
Macam macam Makna Kata
Jenis-jenis makna kata menurut Chaer (1994) dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Sementara berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial.
Jika didasarkan pada ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem maka macam-macam makna kata dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif.
Jika didasarkan pada ketepatan maknanya, maka kita mengenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu jika didasarkan pada kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya.
Berikut adalah penjelasan mengenai macam-macam makna kata dan contoh-contoh kalimatnya:
Macam-macam Makna Kata Berdasarkan Semantiknya
Berdasarkan jenis semantiknya, makna kata dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal. Berikut penjelasannya:
Makna Leksikal
Leksikal adalah bentuk adjektif atau kata sifat yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (kata benda leksikon). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Sederhananya, jika leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan kata.
Dengan demikian, makna leksikal adalah makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Sehingga sering disebut sebagai makna leksikal, yaitu makna yang sesuai dengan referennya, atau makna yang sesuai hasil observasi alat indra. Atau ringkasnya, makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya ada dalam kehidupan kita dan dapat di indra.
Misalnya kata kambing, makna leksikalnya adalah hewan ternak sebagaimana yang sudah dikenal oleh masyarakat kita di Indonesia. Makna kata kambing sangat jelas jika kita gunakan dalam contoh kalimat ini: “Setiap hari raya keluarga kami memotong kambing.”
Makna Gramatikal
Makna gramatikal dianggap berlawanan dengan makna leksikal. Jika makna leksikal adalah berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal ini adalah makna lahir akibat proses gramatika. Proses gramatika ini bisa berupa proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Chaer, 1994).
Misal, proses afiksasi awalan ter- pada kata tertidur dalam contoh kalimat; “Meja seberat itu ternyata terangkat juga oleh adik saya yang paling kecil, melahirkan makna dapat diangkat. Sementara jika afiksasi ter- digunakan dalam kalimat; “kursi itu ikut terangkat saat mejanya digeser oleh adik, melahirkan makna tidak sengaja.
Makna Referensial dan Nonreferensial
Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial.
Kalau kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial. Kata meja termasuk kata yang bermakna referensial karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut ’meja’.
Sebaliknya kata karena tidak mempunyai referen, jadi kata karena termasuk kata yang bermakna nonreferensial.
Makna Denotatif dan Konotatif
Macam-macam makna juga bisa dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif pada dasarnya sama halnya dengan makna referensial. Yaitu makna yang sesuai hasil observasi. Baik itu oleh penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya.
Sehingga makna denotatif itu berkaitan dengan informasi yang baru saja didapatkan oleh indra manusia. Oleh karenanya makna denotatif sering disebut sebagai makna yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah kata lelaki dan pria, kedua kata ini memiliki makna yang sama yaitu manusia dewasa perempuan.
Makna konotatif adalah makna kata yang timbul karena kata tersebut memiliki ”nilai rasa”. Nilai rasa ini bisa berkonotasi positif juga bisa berkonotasi negatif. Tetai bisa juga berkonotasi netral. hanya saja makna konotatif bisa berubah. Contohnya adalah kata ceramah, dahulu dikonotasikan negatif karena diartikan cerewet. Sedangkan hari ini, kata ceramah sangatlah positif, karena berarti mengajak pada kebaikan ajaran agama.
Makna Kata dan Makna Istilah
Macam-macam makna kata selanjutnya dibedakan adalah makna kata itu sendiri dan makna istilah. Disini bisa kita jelaskan antara makna kata dan istilah.
Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun makna kata itu baru jelas jika telah digunakan dalam konteks kalimat atau konteks situasinya. Sementara istilah mempunyai makna yang jelas, pasti dan tidak meragukan meskipun tanpa konteks kalimat.
Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks. Namun yang perlu kita ingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. lebih jelasnya, perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh kalimat berikut:
“Lengannya luka kena pecahan kaca.”
Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama. Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Macam-macam makna kata juga dibedakan oleh Leech (1976), yang mana beliau membagi makna macam-macam makna kata menjadi makna konseptual dan makna asosiatif.
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Misalkan kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis binatang berkaki empat yang biasa menarik delman atau andong. Jadi makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.
Sedangkan makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Contohnya adalah kata kerbau berasosiasi dengan kebodohan.
Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Mcam-macam makna berikutnya adalah makna idiom dan peribahasa. Makna idiom adalah makna kata yang tidak bisa diartikan secara harfiah atau secara langsung karena maknanya memang tersirat mewakili kondisi tertentu. Contoh dari idiom adalah bentuk membanting tulang dengan makna ’bekerja keras’, meja hijau dengan makna ’pengadilan’.
Sedangkan peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Misal peribahasa Seperti anjing dengan kucing untuk menggambarkan dua orang yang tidak pernah rukun.
Makna Kias
Makna kiasan makna yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Atau dengan kata lain semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.
Misalkan kata puteri malam, maknanya bukanlah seorang putri di malam hari, tapi itu adalah kiasan dari rembulan. Begitu juga dengan raja singa adalah kiasan untuk matahari.
Relasi Macam-macam Makna Kata
Setelah membahas macam-macam makna kata, selanjutnya kita akan mengulas mengenai relasi makna. Disebut relasi makna, karena kata tersebut saling berelasi atau ada hubungannya. Relasi makna kata ada beberapa jenis:
Sinonim
Sinonim adalah ungkapan yang bisa berupa kata, frase, atau kalimat yang memiliki makna kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Misalnya adalah kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim. Kemudian kata; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga kata yang yang bersinonim.
Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah. Namun, dua buah kata yang bersinonim itu; kesamaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja. Kesamaannya tidak bersifat mutlak.
Antonimi dan Oposisi Makna Kata
Antonim adalah ungkapan yang biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat, yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Contohnya kata bodoh adalah antonim dari kata pandai.
Antonim juga tidak bersifat mutlak sebagaimana sinonim. Antonim juga disebut oposisi makna, hal ini karena memang ada bentuk perlawanan makna kata yang benar-benar kontras. Misal kata hidup beroposisi dengan makna kata hidup. Kata hitam peroposisi dengan putih, dan sebagainya.
Homonimi, Homofon, dan Homograf
Homonim adalah relasi makna antar kata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda’. Kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon.
Contoh homograf adalah kata tahu (makanan) yang berhomograf dengan kata tahu (paham), sedang kata masa (waktu) berhomofon dengan massa (jumlah besar yang menjadi satu kesatuan).
Hiponim dan Hipernim
Hiponim adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generis, seperti makna anggrek dalam makna bunga, makna kucing dalam makna binatang’.
Anggrek, mawar, dan tulip berhiponim dengan bunga, sedangkan kucing, kambing, dan kuda berhiponim dengan binatang. Bunga merupakan superordinat (hipernim, hiperonim) bagi anggrek, mawar, dan tulip, sedangkan binatang menjadi superordinat bagi kucing, kambing, dan kuda.
Polisemi
Polisemi adalah kata atau frase yang memiliki makna lebih dari satu. Contohnya adalah kata kepala dalam bahasa Indonesia yang memiliki makna antara lain;
- bagian tubuh dari leher ke atas;
- bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala suku, kepala meja, dan kepala kereta api;
- bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum;
- pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun;
- jiwa atau orang seperti dalam kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp 5000,- dan
- akal budi seperti dalam kalimat, Badannya besar tetapi kepalanya kosong.
Ambiguitas
Ambiguitas adalah relasi makna ganda sebuah kata. Bisa dikatakan juga makna kata tersebut mendua. Makna ganda atau ambiguitas ini bisa muncul karena penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.
Misal pada frase frase buku sejarah baru yang dapat ditafsirkan orang sebagai sebuah buku sejarah yang baru terbit, dan bisa juga ditafsirkan sebagai sejarah sebuah jaman baru.
Redundansi
Redundansi adalah praktek berlebih-lebihan dalam menggunakan kata atau frase, padahal kalimat tersebut bisa diefektifkan tanpa harus merubah makna. Artinya memiliki relasi makna yang sama antara kalimat yang berlebihan dengan yang diefektifkan.
Contohnya adalah kalimat Bola ditendang Si Badrih, yang memiliki relasi makna sama dengan kalimat Bola ditendang oleh Si Badrih. Penghapusan kata oleh pada kalimat yang pertama ternyata tidak mengurangi maksud dan makna kalimat tersebut.
Dan penggunaan kata oleh pada kalimat kedua itu yang disebut sebagai redundansi, yaitu berlebih-lebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Meronim
Meronim adalah ’relasi makna yang menunjukkan sifat hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan searah. Atau merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan’. Contohnya adalah kata atap bermeronimi dengan kata rumah.
Makna Asosiatif
Makna asosiatif merupakan asosiasi yang muncul dalam benak seseorang jika mendengar kata tertentu. Asosiasi ini dipengaruhi unsur-unsur psikis, pengetahuan dan pengalaman seseorang.
Oleh karena itu, makna asosiatif terutama dikaji bidang psikolinguistik. Makna denotatif villa adalah ’rumah peristirahatan di luar kota’. Selain makna denotatif itu, bagi kebanyakan orang Indonesia villa juga mengandung makna asosiatif ’gunung’, ’alam’, ’pedesaan’, ’sungai’, bergantung pada pengalaman seseorang.
Makna Afektif
Makna afektif berkaitan dengan perasaan seseorang jika mendengar atau membaca kata tertentu. Perasaan yang muncul dapat positif atau negatif. Kata jujur, rendah hati, dan bijaksana menimbulkan makna afektif yang positif, sedangkan korupsi dan kolusi menimbulkan makna afektif yang negatif.
Makna Etimologis
Makna etimologis berbeda dengan makna leksikal karena berkaitan dengan asal-usul kata dan perubahan makna kata dilihat dari aspek sejarah kata. Makna etimologis suatu kata mencerminkan perubahan yang terjadi dengan kata tertentu. Melalui perubahan makna kata, dapat ditelusuri perubahan nilai, norma, keadaan sosial-politik, dan keadaan ekonomi suatu masyarakat
Perubahan Makna Kata
Macam-macam makna kata lahir karena adanya perubahan makna yang menyangkut banyak hal. Bentuk-bentuk perubahan makna diantaranya pelemahan makna kata, pembatasan makna kata, penggantian makna kata, penggeseran makna kata, perluasan dan kekaburan makna kata.
Untuk lebih jelasnya mari kita simak uraian berikut ini.
Bentuk Perubahan Makna Kata
Perluasan Makna
Perluasan makna terjadi pada kata; bapak, ibu, saudara, dan yang lainnya. Kata-kata tersebut sebelumnya hanya digunakan untuk menyebutkan atau menyapa orang yang masih memiliki hubungan keluarga, namun sekarang sudah bisa digunakan untuk menyebut orang di luar hubungan kekeluargaan.
Contoh penggunaanya adalah seperti “saudara-saudara yang saya hormati”;” saudara kanter, bapak wali kota, ibu gubernur riani,”
Seperti halnya kata kepala, dahulu hanya untuk menyebutkan atau menunjuk tubuh bagian atas. Kini makna kata kepala telah meluas seiring penggunaannya pada frase kepala kereta, kepala sekolah, kepala rumah sakit, dan sebagainya.
Pembatasan makna
Perubahan makna juga bisa terjadi karena mulai adanya pembatasan makna. kata ahli dahulu merujuk pada anak keturunan (ahli waris), namun sekarang penggunaannya dibatasi untuk menyebut orang dengan tingkat kepakaran tertentu.
Misalnya kata ahli nuklir, ahli penyakit dalam, ahli epidemi. Sehingga nampak jelas kata ahli maknanya kini lebih terbatas pada bidang tertentu.
Melemahkan makna
Melemahkan makna disini bisa dikatakan dengan memperhalus maknanya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering memperhalus makna suatu kata dengan mengganti hal simboliknya.
Misal kata bui adalah simbol dari penjara yang identik dengan penderitaan. Kini kata bui sudah diperhalus dengan frase lembaga pemasyarakatan.
Kekaburan makna
kekaburan makna terjadi saat kita mendapatkan kata dalam sebuah kalimat, namun makna kata tersebut menimbulkan keraguan pada yang membaca. Kekaburan ini terjadi karena pembaca tidak dapat mengkonfirmasi secara langsung makna kata tersebut kepada sang penulis.
Kekaburan makna dapat dihindari dengan jalan menambah unsur lain pada kata yang belum terjelaskan dengan gamblang. Misal kata jagung jika berdiri sendiri bisa menimbulkan kekaburan makna.
Dan akan jelas setelah ditambahkan kata dari unsur lain, misal jagung muda, biji jagung, jagung merk X, dan seterusnya.
Lambang tetap, acuan berubah
Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam perkembangan bahasa, kadang-kadang terdapat lambang yang tetap, namun acuannya telah berubah. Misal frase kereta api. Kata api merujuk pada api ataupun kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar kereta.
Saat ini, meskipun kereta api tidak lagi digerakkan oleh bahan bakar berupa api, tapi kata kereta api tidak berubah. Sama halnya dengan kata berlayar. Saat ini kapal-kapal berlayar sudah tidak lagi menggunakan layar dan berganti dengan mesin, tetapi kata berlayar sampai saat ini masih digunakan untuk menunjukkan kapal-kapal yang pergi ke laut.
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Makna Kata
Macam-macam makna kata itu terjadi karena akibat perubahan makna kata yang disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1. Perubahan Makna dari Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia
Kita mengetahui bahwa di Indonesia terdapat tiga kelompok bahasa, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Tiga kelompok bahasa tersebut adakala menimbulkan perubahan makna kata pada kata tertentu.
Kita ambil contoh kata seni. Orang-orang mengenal kata-kata: seniman, seniwati, seni rupa, seni music, seni tari dan sebagainya. Namun dalam KKBI, kata seni dimaknai sebagai:
- keahlian yang membuat karya bermutu, dilihat dari segi kehalusan dan keindahannya
- karya seni yang tercipta dengan keahlian yang luar biasa, dan sebagainya.
Namun kata seni bagi masyarakat melayu masih umum dimaknai sebagai air kencing atau air seni.
2. Perubahan makna akibat perubahan lingkungan
Perubahan makna kata bisa terjadi karena perubahan lingkungan. Misal lingkungan kerja. Kita ambil contoh kata cetak. bagi anda yang beraktifitas di sebuah lembaga produksi media cetak, maka kata cetak dihubungkan dengan printer dan tinta atau kertas print.
Tetapi jika nada berpindah ke lingkungan perusahaan konstruksi, kata cetak akan identik dengan proses mencetak bata merah, genteng, dan lainnya.
3. Perubahan makna akibat tanggapan indra
Macam-macam makna kata juga bisa terjadi karena adanya perubahan makna akibat tanggapan dari indra seseorang. Telah diketahui bahwa indra manusia meliputi indra penciuman, pendengaran, penglihatan, indra peraba, dan perasa.
Perubahan makna akibat pertukaran indra, disebut sinestesi dalam bahasa Yunani. Seperti indra penciuman menghasilkan kata: busuk, harum; indra pendengaran menghasilkan kata keras, lembut, merdu; indra penglihatan menimbulkan kata gelap, jelas, terang, kabur;indra peraba menghasilkan kata halus, kasar.
4. Perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata
Contoh perubahan makna akibat perubahan leksem adalah pada kata surat. Kita mengenal kata surat dan mengetahui maknanya. Namun kata surat akan berubah maknanya jika dihubungkan dengan kata lain, misalnya surat jalan, surat jual beli, surat kaleng, surat keterangan, surat perintah, surat permohonan, surat sakit dan surat tamat belajar.
5. Perubahan makna akibat tanggapan pemakai bahasa
Perubahan makna kata bisa terjadi karena tanggapan dari si pemakai bahasa. Perubahan makna kata ini bisa jadi menyenangkan bisa juga tidak menyenangkan atau yang kita kenal dengan amelioratif (menyenangkan) dan peyoratif (tidak menyenangkan)
Contohnya kata gerombolan dahulu maknanya orang yang berkelompok, orang yang berkerumun, misalnya berkerumun di dekat penjual obat. Makna yang bersifat baik, jadi ameloratif.
Kata juara dahulu bermakna kepada penyabungan ayam, menjadi bermakna peyoratif. Dikatakan bermakna peyoratif sebab perbuatan penyabungan ayam adalah pebuatan yang tidak menyenangkan.
6. Perubahan makna akibat asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara makna asli yang dihubungkan dengan makna baru dalam situasi yang berbeda, namun maknanya tetap masih terdapat pertalian atau asisoatif.
Contohnya kata amplop. Kalau kita mengurus sesuatu di kantor dan kemudian kawan kita berkata,” beri ia amplop”. Makna asosiasi kita bukan lagi amplop yang berfungsi sebagai sampul surat, tetapi yang amplop yang berisi uang.
7. Perubahan makna akibat perubahan bentuk
Macam-macam makna kata juga bisa timbul karena adanya perubahan makna akibat perubahan bentuk kata. Misal kita contoh kata melompat. Maknanya akan berubah seiring perubahan bentuk katanya.
Misalnya kata melompat kita turunkan menjadi kata; berlompatan, berlompat-lompat, dilompati, dilompatkan, melompat-lompat, pelompat ,dan terlompat. Makan kata melompat tidak lagi sama maknanya dengan kata-kata turunannya tersebut.
Kita ambil contoh kata berlompatan. Maknanya adalah orang atau hewan yang banyak saling melompat dari satu tempat ke tempat lain. Contoh kalimatnya; “udang berlompatan dari perahu“ yang maknanya udang-udang yang berada didalam perahu melompat ke luar. Maka jelas sekali bahwa perubahan bentuk bisa merubah makna.
Demikian pembahasan kita mengenai macam-macam makna kata, relasi makna kata, bentuk-bentuk perubahan makna kata, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan makna kata. Semoga yang kami sampaikan utamanya mengenai macam-macam makna kata bermanfaat bagi anda yang sedang membutuhkan referensi materi ini.
Thanks!