Haidunia.com – Macam macam akhlak mahmudah sangat penting untuk diketahui utamanya oleh para pendidik. Pendidik, katakanlah seorang guru, suatu kali akan memberikan contoh akhlak mahmudah kepada peserta didikanya. Pada posisi ini tentunya Sang Guru perlu terlebih dahulu menjelaskan mengenai macam macam akhlak mahmudah agar murid pun dapat lebih mudah memahami contoh-contoh akhlak mahmudah.
Macam macam akhlak mahmudah yang akan kita uraikan di laman ini meliputi 7 akhlak. Namun sebelumnya membahas lebih lanjut, perlu kami informasikan bahwa materi pengertian akhlak mahmudah dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari telah kami jelaskan pada kesempatan yang lalu. Silahkan bagi yang menghendaki materi tersebut bisa merujuk ke laman: pengertian akhlak mahmudah.
Selanjutnya pada bagian ini kita akan fokus membahas mengenai faktor pembentuk macam-macam akhlak mahmudah, dan macam-macam akhlak mahmudah itu sendiri. Selamat membaca!
Daftar Isi
Macam macam Akhlak Mahmudah
Macam macam akhlak mahmudah atau akhlak terpuji akan kita ketahui kriterianya dengan cara merujuk kepada ketentuan Al-Qur’an dan hadis. Atau dengan kata lain kriteria suatu akhlak disebut sebagai akhlak mahmudah jika sesuai dengan konsep baik dan buruk dalam pandangan Islam, yaitu Al quran dan hadits.
Macam-macam akhlak mahmudah yang akan kita jelaskan meliputi:
- Husnudzon
- Dzrikrulloh
- Tawakal
- Shiddiq
- Sabar
- Iffah
- Bijaksana
- Ihsan
Namun sebelum kita menguraikan macam-macam akhlak mahmudah satu-persatu kita perlu ketahui juga beberapa faktor yang dapat membentuk hadirnya macam-macam akhlak mahmudah pada diri seseorang.
Faktor Pembentuk Macam Macam Akhlak Mahmudah
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan macam macam akhlak mahmudah pada diri seseorang di antaranya sebagai berikut:
(1) Insting (naluri)
Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Menurut ilmu psikologi, insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya naluri berjuang dan bertuhan.
(2) Adat/Kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
(3) Wiratsah (Keturunan)
Adapun warisan adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orangtua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya.
(4) Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, yaitu meliputi lingkungan alam dan lingkungan manusia.
Proses Pembentukan Macam Macam Akhlak
Macam-macam akhlak mahmudah pada diri seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuknya di atas. Akan tetapi dalam pembentukan macam macam akhlak mahmudah seseorang juga diperlukan proses-proses tertentu, yaitu:
Keteladanan (Qudwah, uswah)
Keteladanan mengenai perilaku baik akan ditiru oleh anak-anaknya dan muridnya dalam mengembangkan pola perilaku mereka.
Ta’lim (Pengajaran)
Misalnya dengan mengajarkan empati dengan sikap disiplin.
Pembiasaan (Ta’wid)
Misalnya anak sejak kecil dibiasakan membaca basmalah sebelum makan.
Pemberian motivasi (Targhib/Reward, Motivation)
Memberikan motivasi baik berupa pujian atau hadiah tertentu akan menjadi latihan positif dalam proses pembentukan akhlak, terutama ketika ia masih kecil.
Pemberian ancaman dan sangsi hukum (Punishment, Warning)
Dalam rangka proses pembentukan akhlak kadang diperlukan ancaman sehingga anak tidak bersikap sembrono.
Pendorong Perbuatan Akhlak Mahmudah
Menurut Hamka sebagaimana dikutip oleh Zahruddin juga menyebutkan beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik, diantaranya:
- Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain.
- Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela.
- Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani).
- Mengharap pahala dan surga.
- Mengharap pujian dan takut azab Tuhan.
- Mengharap keridhaan Allah semata.
Manfaat Akhlak Mahmudah
Dengan hadirnya bermacam macam akhlak mahmudah di tengah -tengah masyarakat, maka dapat menumbuhkan kerukunan antar tetangga yang terwujud dalam sikap saling menghormati, saling melindungi, saling menjaga, dan saling peduli sehingga seluruh lapisan masyarakat akan menjadi tenang, aman, damai, dan sejahtera.
Jika keadaan lingkungan sosial seperti itu, akan tercipta suasana kondusif yang terjadi di masyarakat, sehingga setiap orang dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik, tanpa adanya gangguan dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya, dan pembangunan masyarakat (sarana dan prasarana) akan terlaksana dengan baik.
Macam Macam Akhlak Mahmudah Pada Diri Seseorang
Berikut ini akan dijelaskan mengenai macam-macam akhlak mahmudah pada diri seseorang
Husnudzon (Baik Sangka)
Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa prasangka manusia itu tidak bisa dihukumi apapun selama itu masih dalam tataran prasangka. Apabila berprasangka baik, sekalipun belum dilaksanakan atau tidak diucapkan, telah dicatat sebagai kebaikan di sisi Allah.
Husnudzon terhadap keputusan Allah merupakan salah satu akhlak terpuji. Karena apa yang Allah tentukan adalah jalan terbaik. Selain itu juga diperlukan adanya sikap berbaik sangka pada diri sendiri, baik sangka pada orang lain, dan baik sangka pada situasi atau keadaan
Perhatikan firman Allah dalam Alqur’an surat Al-Baqarah ayat 216 yang artinya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
Dzikrullah
Dzikrullah atau mengingat Allah merupakan asas setiap ibadah kepada Allah. Dzikrullah adalah ibadah yang ringan dan mudah untuk dilakukan. Akan tetapi didalamnya tersimpan hikmah dan pahala yang besar.
Firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 152:
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu…”
Tawakal
Tawakal asal katanya dari kata wikalah yang artinya menyerahkan atau mewakilkan. Jadi tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Firman Allah QS. Ali-Imran (3): 159:
“…Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”.
Shidqu (Jujur)
Shidqu atau sidiq berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Benar disini bukan lawan kata salah, tetapi lawan kata dusta, sehingga lebih tepat dimaknai jujur atau kejujuran. Adapun yang dimaksud jujur adalah memberitahukan, menuturkan sesuatu dengan sebenarnya, sesuai dengan fakta (kejadian)nya.
Pemberitahuan ini tidak hanya dalam ucapan, tetapi juga dalam perbuatan. Dengan demikian, shidqu adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang yang jujur adalah orang yang berkata, berpenampilan, dan bertindak apa adanya, tanpa dibuat-buat.
Kejujuran adalah sikap yang jauh dari kepalsuan dan kepura-puraan. Kejujuran berarti sikap ksatria. Sebuah sikap yang dibangun oleh kematangan jiwa dan kejernihan hati.
Jujur mempunyai beberapa bentuk, di antaranya:
- Jujur pada diri sendiri
Jujur pada diri sendiri disebut juga jujur dalam keputusan. Seorang muslim jika memutuskan sesuatu yang harus dikerjakan hendaklah tidak ragu-ragu meneruskannya hingga selesai.
- Jujur dalam berkata
Seorang muslim jangan berkata kecuali jujur. Allah berfirman dalam Q.S Al-Ahzab ayat 70: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.
- Jujur dalam berjanji
Seorang muslim bila menjanjikan sesuatu hendaklah memenuhinya. Jika tidak ia terkena tanda munafik. Di antara janji itu ada janji kepada anak-anak. Dalam hal ini Islam berpesan agar jujur kepada mereka, supaya setelah dewasa mereka pun jujur dan berkata serta berbuat jujur pula.
- Jujur dalam usaha
Seorang muslim jika menjalani usaha dengan seseorang hendaklah bersikap jujur, tidak menipu dan tidak curang kepadanya. Jujur dalam perkataan itu membawanya kepada jujur dalam perbuatan dan kebaikan dalam segala hal.
Sabar
Sabar menurut terminologi adalah keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen dalam pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah bagaimanapun berat tantangan yang dihadapi.
Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sabar dibagi menjadi tiga tingkatan:
a. Ash-Shabru Lillah (sabar untuk Allah), yaitu keteguhan hati dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
b. Ash-Shabru ma’a Allah (sabar bersama Allah), yaitu keteguhan hati dalam menerima segala keputusan dan tindakan Allah.
c. Ash-Shabru’ala Allah (sabar atas Allah), yaitu keteguhan hati dan kemantapan sikap dalam menghadapi apa yang dijanjikan-Nya, berupa rezeki atau kelaparan hidup.
Iffah (Memelihara Kesucian Diri)
Iffah adalah mengekang hawa nafsu. Lebih spesifik lagi yang dimaksud dengan al-iffah adalah sikap yang bisa menjaga seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Baik yang bisa dilakukan dengan tangan, lisan atau pun kepopulerannya.
Menjaga iffah dibagi ke dalam beberapa bagian:
- Kesucian pancaindra
Frman-Nya dalam QS. An-Nur ayat 33: “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya….”
- Kesucian jasad
Firman Allah untuk menjaga kesucian jasad bagi setiap muslim dalam QS. Al-Ahzab ayat 59:
“… Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu…”
- Kesucian dari memakan harta orang lain
Tentang hal ini Allah berfirman dalam QS. An-Nisa‟ ayat 6:
“…Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan janganlah kamu tergesa-gesa membelanjakannya sebelum mereka dewasa. Barang siapa diantara pemelihara itu mampu, maka hendaklah ia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut…”
- Kesucian lisan
Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 273 yang artinya;
“Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat jihad di jalan Allah, mereka tidak dapat berusaha dibumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak…”
Fathanah (Bijaksana)
Fathanah adalah salah satu sifat Rasulullah. Kalau beliau tidak bijaksana tidak mungkin kaumnya akan senang kepadanya dan tidak mungkin pula akan disegani oleh kawan dan lawan. Kebijaksanaan adalah pangkal terselesaikannya persoalan dengan baik, tanpa ada ada pihak yang merasa dirugikan.
Ihsan
Ihsan adalah berbuat baik dalam hal ketaatan terhadap Allah. Perbuatan ihsan dapat menciptakan suasana harmonis, mulai dari saling menghargai toleransi, saling menolong, saling memaafkan, menyambung tali silaturahmi maka solidaritas akan terjalin dengan kuat.
Macam macam akhlak mahmudah yang kami sampaikan mudah-mudahan dapat menjadi referensi para pendidik, dan semoga menambah pengetahuan kita semua. Salam!