Pesan dari Titanic untuk Indonesia! – masih terngiang dalam benak kita ketika mendengar kapal Titanic, kejadian bersejarah yang meninggalkan pesan berharga.
Jika tak bisa menahkodai mending turun, daripada kapal kita tenggelam
Maaf, jika petikan kalimat yang saya bawakan di atas terkesan nyinyir. Saya tak bermaksud menyindir, namun saya berharap bisa mengingatkan diri kita semua. Bahwa; “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” Demikian, Nabi berpesan secara tegas kepada kita semua.
Daftar Isi
Apakah pesan Titanic untuk Indonesia?
Menyoal bab kepemimpinan ini, saya pun teringat film yang sering di putar pada tanggal 14 Februari. Entah apa maksud sejatinya dari pemutan filnya di tanggal itu. Film yang bergenre romantis dan mulai tayang pada 1997 itu semoga tak sekadar menyuguhkan tontonan kisah asmara dua orang manusia. Tetapi mari kita lihat, kisahnya dari sudut pandang yang berbeda.
Kira-kira dua puluh enam bulan sedikitnya waktu dihabiskan untuk membangun Titanic sebelum pelayaran perdana pada 10 April 1912. Tidak kurang tepukan tangan dari 100.000 orang yang menyaksikan riuh mengiringi peluncurannya. Kapal yang sanggup mengangkut 2.224 penumpang, dengan service 885 awak kapal, sejumlah orang terkaya dunia amat dimanjakan dalam pelayaran itu. Gymnasium, kolam renang, perpustakaan, restoran kelas atas, serta kabin luas adalah kemewahan yang ditawarkan.
Empat hari pasca meninggalkan Southampton, dipelayaran perdananya itu, 375 mil ombak dan gelombang berhasil dilintasi dengan tenang, para penumpang pun riang menikmati perjalanannya. Sampailah minggu sore 14 April, Titanic mendapatkan serangkain peringatan dari kapal-kapal lain akan keberadaan es yang hanyut di wilayah Grand Banks of Newfoundland. Meski begitu kapal terus berlayar, karna logika Sang Kapten Smith, sebagai penaggung jawab pelayaran, tidak menemukan kondisi apapun yang bisa mengakibatkan kapal tenggelam. “Bahkan Tuhan pun tidak akan sanggup menenggelamkan Titanic”, ucap sombong para pemimpin di White Star line, perusahaan pemilik Titanic tersebut.
Tak berapa lama setelahnya, Titanic benar-benar berhadapan dengan gunung es. Petugas menara pengawas yang terlambat melihat keberadaannya, terbelalak. Teriakannya terlambat, Titanic tak punya cukup waktu untuk menghindar. Dan dua jam empat puluh menit kemudian setelah tak kuasa membentur gunung es itu, Titanic karam. Kejadian itu membuat marah dunia, terlebih diketahui jumlah skoci sebagai sarana evakuasi tak tersedia secara memadai. Dunia kemudian mengenang kematian 1.514 orang di lautan tanpa melalui peperangan sebagai bencana maritim terbesar sepanjang sejarah.
Masyarakat dunia yang mendengar ikut berkabung. “Pada akhir sore itu harapan hilang sudah. Orang-orang yang menunggu semakin berkurang jumlahnya, dan pria maupun wanita pulang dalam keadaan diam. Di Southampton yang rendah hati nyaris tidak ada keluarga yang tidak kehilangan seorang kerabat atau temannya. Anak-anak yang pulang dari sekolah mengetahui tragedi tersebut, dan wajah-wajah kecil yang sedih berpaling ke rumah tanpa ayah”, tulis Daily Mail pada edisi 23 April, selang beberapa hari pasca kejadian.
Saatnya Indonesia bergerak
Setidaknya ada tuturan hikmah dari kisah Titanic setelah lebih dari seratus tahun karam itu. Sebagai sebuah negeri besar, ibarat kapal raksasa, Indonesia serta merta bisa tenggelam akibat keteledorannya sebagai sebuah bangsa. Kecongkakan para pemimpin yang acuh atas seruan dan peringatan, seolah lupa kepada nasib sekian ratus juta rakyat dibelakangnya. Kurang perhatian atas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan rakyat adalah sikap abai dalam persiapan penyelamatan negara masa depan. Jika disadari ia sedang mempermalukan diri sendiri dihadapan anak-anak muda yang petang nanti ataupun esok hari segera menuliskan sejarahnya.
Tingginya angka kemiskinan, pengangguran, dan kenakalan remaja menjadi hal yang tak selesai jika didiamkan. Peringkat korupsi sebagai yang tertinggi adalah kekalahan hukum negara melawan para pencuri uang rakyat yang takkan berhenti tanpa diseriusi. Juga tingkat penyakit masyarakat yang meningkat, termasuk sebagai pengakses situs fahisyah tertinggi ke dua di dunia harus segera disudahi. Semua kerusakan yang telah banyak dilakukan pembiaran itu lambat-laun menjadi bentuk praktek penggalian kuburan sendiri.
Jika tidak ada yang mengingatkan, Indonesia akan mengalami penyimpangan jalan yang jauh melenceng dari cita-cita indonesia merdeka. Secara konstitusional, memperbaiki itu semua adalah tugas penguasa, tetapi secara sadar adalah tugas kita semua yang mengaku sebagai bagian dari masyarakat. Rasulullah pun telah memberikan gambaran yang apik, akan sebuah kondisi masyarakat yang demikian. Indonesia harus menjadi negara Adidaya!
1 comment